JAKARTA -
Majelis Intelektual dan Ulama Muda (MIUMI) menyatakan berbelasungkawa
kepada umat Islam di Mesir yang menjadi syuhada dan korban luka-luka di
Monumen Sadat, dan Lapangan Rabe’a dan Al-Nahdah di Kairo.
Selain
itu, MIUMI juga menyampaikan surat terbuka untuk Duta Besar Mesir di
Indonesia, Bahaudin. Dalam surat tersebut, MIUMI menyatakan protes keras
atas pembubaran paksa aksi damai yang menggunakan senjata hingga
jatuhnya korban. Selain itu MIUMI juga meminta agar Dubes Mesir untuk
mengundurkan diri, sebagai bentuk protes atas tragedi kemanusiaan yang
terjadi. Berikut surat terbuka MIUMI untuk Dubes Mesir di Indonesia yang
ditulis dengan dua bahasa yang diterima redaksi voa-islam.com pada
Selasa (20/8/2013), selengkapnya.
Assalamu’alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Kami
atas nama Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI)
menyampaikan penghargaan yang tinggi dan doa yang tulus untuk YM Dubes
Bahauddin semoga sehat wal afiat dan sukses melaksankan tugas-tugas
diplomatik di Kedutaan Mesir di Jakarta. Juga kami sampaikan kepada YM
Dubes rasa belasungkawa mendalam kepada keluarga para syuhada dan yang
terluka dalam peristiwa berdarah di Monumen Sadat, dan Lapangan Rabe’a
dan Al-Nahdah di Kairo. Semoga Allah merahmati mereka dan memberikan
kesabaran kepada keluarga mereka.
Pada
kesempatan ini, kami tidak lupa menyampaikan, atas nama umat Islam di
Indonesia, protes keras kami terhadap metode pembubaran paksa aksi sit ins
(I’tishom) dan demonstrasi pendukung pro-Presiden Morsi di Lapangan
Rabe’a Al-Adawiya dan Al-Nahdah, yang telah menewaskan warga-warga sipil
yang damai dan nir-senjata atau kekerasan. Hal itu sungguh berlawanan
dengan kehormatan patriotisme militer dan polisi Mesir. Rasa sakit yang
dialami saudara kami di Mesir sungguh sangat menyakiti kami juga Bangsa
Indonesia yang sedang merayakan HUT Proklamasi RI ke-68. Karena Mesir
adalah negara berdaulat pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada
bulan Maret 1946, dan memback-up diplomasi Indonesia di Liga Arab dan
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Perhatian
kami terhadap peristiwa tragedi di Mesir bukanlah bentuk intervensi
terhadap kondisi perpolitikan dalam negeri Mesir. Kami tegaskan bahwa
perselisihan politik di Mesir harus diselesaikan dengan cara dialog yang
beradab dan damai. Kami hanya peduli dan memprihatinkan tragedi
berdarah yang menelan ribuan korban warga sipil yang sangat memilukan
dan menodai nilai-nilai kemanusiaan. Kami mengingatkan anda akan Firman
Allah SWT dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, tentang haramya pertumpahan
darah.
Allah berfirman:
“Oleh
karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi” (Qs. Al-Maidah: 32)
“Dan
barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya” (Qs. An-Nisa: 93),
Nabi SAW bersabda:
“Demi
Allah yang nyawaku di tangan-Nya, sungguh pembunuhan seorang mukmin
lebih besar dampaknya dari pada hancurnya dunia di sisi Allah” (Hr. An-Nasai), “Amal
yang pertama dihisab oleh Allah SWT adalah solat dan perkara pertama
yang diadili di antara manusia di hari Kiamat adalah tumpahnya darah” (HR. Bukhari-Muslim).
Oleh
sebab itu, kami menghimbau dan meminta YM Dubes Bahauddin untuk
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai protes atas keburukan
manajemen krisis di Mesir, dan agar beliau tidak menjadi bagian dari
rejim yang melakukan kejahatan kemanusiaan. Semoga Allah SWT menjaga
Mesir dari segala keburukan. Hasbunallah wa ni’mal wakiil.
Wassalamu’alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh.
Jakarta, 9 Syawal 1434 Hijriah
0 comments:
Post a Comment