Ada yang menanyakan tentang Tasawuf. Mudah-mudahan tulisan di bawah bisa bermanfaat.
1. Kata Tasawuf sekali pun tidak pernah disebut di dalam Al Qur’an
dan Hadits yang sahih. Bukankah jika Tasawuf itu begitu penting dalam
Islam tentu Allah dan Rasulnya akan memerintahkan manusia untuk belajar
Tasawuf? Tidak mungkin Nabi yang bersifat “Balligh” (menyampaikan)
menyembunyikan perintah Allah bukan?
Sebaliknya Nabi berkata bahwa setiap hal yang baru/diada-adakan (di bidang agama) adalah bid’ah dan sesat:
“Sesungguhnya perkataan yang paling baik adalah kitab Allah dan
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ,dan perkara yang paling buruk adalah perkara yang baru dan
setiap bid’ah adalah tersesat” ( H.R Muslim ) .
Allah mengatakan agama Islam sudah sempurna. Jadi tak perlu lagi ditambah bid’ah seperti Tasawuf:
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu….” [Al Maa-idah:3]
2. Tasawuf tidak jelas artinya. Ada yang menyebut dari shuffah, bulu
domba, shof terdepan, bahkan dari kata Yunani: Theo Sophos. Bagaimana
mungkin orang mempelajari sesuatu yang tidak jelas sebagai ajaran dari
Islam yang penting?
3. Jika sumber agama Islam adalah Al Qur’an dan Hadits yang sahih (yang dloif/maudlu ditolak):
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. ” [An Nisaa":59]
Sabda Rasulullah Saw: “Aku tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan
sesat kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan
sunnah Nabi-Nya.”(HR Ibnu ‘Abdilbarri)
Maka sumber Tasawuf bisa dari mana saja. Istilah Abdurrahman Abdul
Khaliq yang mereka jadikan sumbernya adalah bisikan yang dida`wahkan
datang kepda para wali dan kasyf (terbukanya takbir hingga mereka tahu
yang ghoib) yang mereka da`wahkan, dan tempat-tempat tidur
(mimpi-mimpi), perjumpaan dengan orang-orang mati yang dulu-dulu, dan
(mengaku berjumpa) dengan Nabi Khidir a.s, bahkan dengan melihat Lauh
Mahfudh, dan mengambil (berita) dari jin yang mereka namakan para badan
halus (Rohaniyyin). Banyak sekali ajaran Tasawuf yang memakai
cerita-cerita yang tidak jelas sahih/dloifnya serta dari mimpi-mimpi
orang yang mereka anggap wali. Belajar Tasawuf bisa membuat kita lupa
dari mempelajari Al Qur’an dan Hadits yang justru merupakan sumber
ajaran Islam yang asli.
4. Adapun sumber pengambilan syari`ah bagi ahli Islam adalah Al Kitab
(Al Qur`an), As Sunnah (Al Hadits), Ijma` (kesepakatan para ulama
terdahulu mengenai awal Islam), dan Qiyas (perbandingan, yaitu
pengambilan hukum dengan membandingkan kepada hukum yang sudah ada
ketegasannya dari Nash/text Al Qur`an atau Al Hadits, dengan syarat
kasusnya sama, misalnya beras
bisa untuk zakat fitrah karena diqiyaskan dengan gandum yang udah ada
nash haditsnya). Sedangkan bagi orang-orang tasawuf , perbuatan syariat
mereka didirikan diatas mimpi-mimpi (tidur), khidhir, jin, orang-orang
mati,syaikh-syaikh, semua mereka itu dijadikan pembuat syariat. Oleh
karena itu, jalan-jalan dan cara-cara pembuatan syariat tasawuf itu
bermacam-macam.
Sampai-sampai
mereka mengatakan jalan-jalan menuju Allah SWT itu sebanyak bilangan nafas
makhluk-makhluk. Maka tiap-tiap syaikh memiliki tarekat dan
manhaj/jalan untuk pendidikan dan dzikir khusus. Jika dalam Islam sumber
dzikir dan do’a berasal dari Al Qur’an dan Hadits, maka dalam Tasawuf
berdasarkan ajaran para syekhnya (yang mungkin berasal dari mimpi
mereka)
5. Islam itu adalah agama yang Muhaddad/jelas (ditegaskan batasan
ketentuan) aqidahnya, ibadahnya, dan syari`atnya. Dalam Islam dijelaskan
apa itu rukun Iman, rukun Islam, cara shalat, puasa, dzikir, doa
berdasarkan Al Qur’an dan Hadits yang sahih. Selama ada sumber Al Qur’an
dan Hadits diterima, jika tidak ada ditolak.
6. Sedangkan tasawuf itu agama yang tidak ada batasannya, tidak ada
pengertian (yang ditentukan secara pasti) dalam aqidah ataupun
syari`at-syari`atnya. Sumber yang berasal dari mimpi orang yang dianggap
wali sudah cukup bagi mereka untuk diamalkan sehingga amalan Nabi
Muhammad SAW seperti dzikir, doa, sholat Tahajjud, dsb justru
terlupakan. Karena ketidak-jelasan sumber dan syari’ah Tasawuf, maka
orang-orang kafir memakai Tasawuf terutama untuk menghilangkan ajaran
jihad dari ummat Islam. Contohnya ada di http://www.libforall.org di mana para pendeta bekerjasama dengan para sufi berusaha menghilangkan jihad dari ummat Islam lewat Tasawuf.
7. Paham Tasawuf seperti Wihdatul Wujud (bersatunya manusia dengan
Allah) itu menyesatkan. Al Hallaj mengaku sebagai Allah. Ana al Haq
(Akulah Allah) begitu katanya. Demikian pula tokoh sufi lain seperti
Syekh Siti Jenar yang mengaku sebagai Allah. Terakhir Ahmad Dhani, Dewa,
dalam lagunya “Satu” berkata “Aku ini adalah diriMu (Allah).” Mungkin
orang sufi berpendapat itu karena teramat dekatnya mereka dengan Allah
sehingga sampai mengaku sebagai Allah. Padahal Nabi Muhammad SAW yang
merupakan manusia sempurna dan paling dekat kepada Allah SWT tidak
pernah sekalipun mengaku sebagai Allah. Bukankah Nabi dan ummat Islam
selalu berkata “Iyyaka na’budu” (kepadaMu kami menyembah)? Itulah salah
satu arogansi sufi. Mengaku Tuhan seperti Fir’aun. Al Hallaj dan Syekh
Siti Jenar difatwa sesat dan dihukum mati oleh para ulama.
8. Sufi Abu Yazid al-Bustami (meninggal diBistam,Iran,261 H/874 M.)
Dia adalah pendiri tarekat Naqsyabandiyah. Mengaku berguru pada Imam
Ja’far padahal dia baru lahir 40 tahun setelah Imam Ja’far meninggal
dunia. Pada suatu waktu dalam pengembaraannya, setelah shalat Subuh
Yazid Al-Bustami berkata kepada orang-orang yang mengikutinya,”Innii ana
Allah laa ilaaha illaa ana fa`budnii (Sesungguhnya aku ini adalah
Allah,tiada Tuhan melainkan aku, maka sembahlah aku).”
Mendengar
kata-kata itu, orang-orang yang menyertainya mengatakan bahwa al-Bustami
telah gila.Menurut pandangan para sufi, ketika mengucapkan kata-kata
itu,al-Bustami sedang berada dalam keadaan ittihad, suatu maqam
(tingkatan) tertinggi dalam paham tasawuf.
9. Al-Bustami juga pernah mengucapkan kata-kata,”Subhani, subhani, ma
a`dhama sya`ni (mahasuci aku,mahasuci aku, alangkah maha agungnya
aku).” Nah jika Nabi mengajarkan dzikir “Subhanallahu” (Maha Suci
Allah), maka syekh Tasawuf mengajarkan “dzikir” Subhani” (Maha Suci
aku). Ini jelas kesombongan yang besar yang dibenci Allah:
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
[Luqman:18]
Al-Bustami juga berkata,”Laisa fi al-jubbah illa Allah (tidak ada didalam jubah ini kecuali Allah).”
10. Paham Tasawuf, kasyf (tersingkapnya hijab, hingga seorang sufi
bisa mengetahui hal ghaib), juga bertentangan dengan ayat Al Qur’an.
Padahal Nabi SAW sendiri tidak mengetahui yang ghaib, bahkan jelas-jelas
menegaskan bahwa Nabi SAW tidak tahu apa yang diperbuat Allah SWT untuk
Nabi SAW sendiri esok (lihat dalam Bab Aqidah). Allah SWT berfirman:
“Katakanlah ! Tidak ada yang dapat mengetahui perkqara yang ghaib dilangit dan
di bumi kecuali Allah .” (An-Naml:65)
Ada sebagian delegasi yang datang ke Nabi SAW, mereka menganggap
bahwa Nabi SAW termasuk orang yang mengaku bisa melihat yang ghaib, maka
mereka menyembunyikan sesuatu didalam (genggaman) tangan mereka untuk
beliau.
Dan mereka berkata kepada beliau,” Kabarkanlah kepada kami, apa
dia (yang ada dalam gemgaman kami ini) ? Lalu beliau menjawab kepada
mereka dalam keadaan berteriak, “Aku bukan seorang dukun. Sesungguhnya
dukun dan perdukunan serta dukun-dukun itu didalam neraka.” (
Diriwayatkan Abu Daud: 286 ).
11. Banyak tarekat tasawuf yang terlalu mengkultuskan pemimpinnya
dengan berbagai karomah yang tidak masuk akal. Contohnya Mawlana Syaikh
Nazim, pimpinan tarekat Naqsyabandiyah saat ini, menurut mu Hakikat
Sulthanul Awliya Syaikh Nazim Adil al-Haqqani menurut Syaikh Adnan mampu
menjamakkan diri beliau dalam hitungan antara 70.000 sampai 700.000
dengan menampakkan diri di berbagai tempat yang berbeda di saat yang
bersamaan. Akibatnya banyak orang belajar tasawuf hanya karena mencari
karomah/kesaktian gurunya.
12. Diantaranya sufi ada yang menganggap bahwa Rasulullah SAW tidak
sampai pada derajat dan keadaan mereka (orang-orang sufi). Dan Nabi SAW
(dianggap) jahil (bodoh) terhadap ilmu tokoh-tokoh tasawuf seperti
perkataan Busthami,” Kami telah masuk lautan, sedang para nabi berdiri
ditepinya.” Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, pengarang kitab Ila At-Tashawwuf
ya`Ibadallaah menisbatkan perkataan tersebut kepada At-Tijani (pendiri
tarekat At-Tijaniyah).
13. Diantara orang-orang sufi ada yang mempercayai bahwa Rasulullah
SAW itu adalah kubah alam, dan dia itulah dan dia itulah Allah yang
bersemayam diatas arsy; sedangkan langit-langit, bumi, arsy, kursi, dan
semua alam itu dijadikan dari nurnya (Nur Muhammad), dialah awal
kejadian, yaitu yang bersemayam diatas Arsy Allah SWT. Inilah aqidah
Ibnu Arabi dan orang-orang yang datang setelahnya/pengikutnya. Para sufi
ini mengangkat derajad Nabi sedemikian tinggi sehingga seolah-olah sama
kedudukannya dengan Yesus (Anak Allah) dengan Tuhan Bapak menurut
kepercayaan agama Kristen.
Padahal Allah Ta’ala berfirman :
Katakanlah (Wahai Muhammad), sesungguhnya aku hanyalah seorang
manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku … (Al Kahfi : 110).
(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada para Malaikat : Sesungguhnya Aku akan ciptakan manusia dari tanah liat. (Shaad : 71)
Allah SWT berfirman,
” Barang siapa yang berpaling dari pengajaran (Allah) Yang Maha Pemurah (Al
Qur`an), kami adakan baginya syetan (yang menyesatkan), dan syetan itulah yang
menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az-Zukhruf:43:36)
Pengajaran Allah SWT adalah pengajaran yang dibawa oleh Rasul-Nya, yakni Al
Qur`an.Barang siapa tidak beriman kepada Al Qur`an, tidak membenarkan
beritanya, dan tidak meyakini kewajiban perintahnya, berarti dia telah
berpaling dari Al Qur`an, kemudian syetan datang menjadi teman setia
baginya.
14. Sufi juga mengecam orang yang menyembah Allah karena menginginkan
surga dan takut neraka. Menurut mereka hanya boleh menyembah Allah
karena cinta kepada Allah. Oleh karena itu seorang sufi, Rabiatul
‘Adawiyah berkata, “Ya Allah jika aku menyembahMu karena ingin surga,
maka tutup pintu surga bagiku. Jika aku menyembahMu karena takut neraka,
maka buka pintu neraka untukku” Itu adalah sifat sombong dan riya.
Dalam Islam kita diajarkan untuk mencintai Allah dan Rasulnya di atas
yang lain termasuk diri kita sendiri. Meski demikian kita juga
diperintahkan untuk berharap akan surga dan takut api neraka.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.” [At Tahrim:6]
Do’a yang terbaik justru bertentangan dengan para sufi tersebut:
“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari
siksa neraka”. [Al Baqarah:201]
15. Banyak orang berusaha mengkoreksi kesesatan Tasawuf termasuk Imam
Al Ghazali dalam bukunya Ihya’ ‘Uluumuddiin. Toh Imam Al Ghazali
terperosok juga karena menggunakan contoh di luar Al Qur’an dan Hadits.
Misalkan dalam rangka hidup sederhana memberi contoh sufi yang kelewat
zuhud sehingga memakai baju bulu yang kotor dan berkutu. Padahal Nabi
mengatakan kebersihan sebagian dari iman. Begitu pula kisah orang yang
hanya beribadah saja sehingga tidak mampu memberi nafkah keluarganya.
Untuk makan dia berkeliling ke rumah temannya.
Yang punya 7 teman maka
dalam 7 hari kembali lagi ke teman pertama yang dia tumpangi. Ada pula
yang sebulan baru ketemu dengan teman pertama yang dia tumpangi dan ada
pula yang setahun. Padahal Nabi memberi sunnah untuk berusaha dan tidak
menyusahkan orang.
Tangan di atas (memberi) lebih baik dari tangan di
bawah. Begitu kata Nabi. Buya Hamka yang menulis buku Tasawuf modern
juga menggambarkan wali Sufi begitu sakti hingga bisa mengangkat kapal
yang tenggelam di laut dari jauh! Padahal Nabi Muhammad SAW saja ketika
perang Uhud sampai berdarah mulutnya. Ini timbul kesan orang belajar
Tasawuf untuk dapat kesaktian/karomah.
16. Sesungguhnya dalam Al Qur’an dan Hadits kita menemukan pedoman
bagaimana berakhlaq yang bagus, sederhana tidak boros, menjauhi ghibah
atau buruk sangka, amar ma’ruf nahi munkar, jihad, cara
beribadah/mendekatkan diri kepada Allah, dan sebagainya.
Dalam Tasawuf
meski ada namun sering berlebihan. Sebagai contoh dulu Tasawuf
mengajarkan hidup sederhana sehingga mereka hidup seperti
gembel/pengemis. Sekarang Tasawuf modern diajarkan dihotel-hotel yang
mewah yang jauh dari contoh hidup sederhana yang diajarkan Nabi Muhammad
SAW.
17. Perkataan Imam Ahmad tentang keharusan menjauhi
orang-orang tertentu yang berada dalam lingkaran tasawuf, banyak dikutip orang.
Diantaranya ketika seseorang datang kepadanya sambil meminta fatwa
tentang perkataan Al-Harits Al Muhasibi (tokoh sufi, meninggal 857
M.).Lalu Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku nasihatkan kepadamu,
janganlah duduk bersama mereka.” (duduk dalam majlis Al-Harits
Al-Muhasibi) – Ibnul Jauzi “Talbis Iblis”.
18. Imam Syafi`i berkata, “Seandainya seseorang menjadi sufi pada
pagi hari, maka siang sebelum Dhuhur ia menjadi orang yang dungu.” Imam
Syafi`i juga pernah berkata.”Tidaklah seseorang menekuni tasawuf selama
40 hari, lalu akalnya (masih bisa) kembali normal selamanya
19. Ada yang menulis Imam Maliki mendukung Tasawuf, tapi itu tidak
benar. Selain zaman Imam Maliki Tasawuf belum dikenal juga Imam Maliki
tidak pernah menulis satu buku pun tentang Tasawuf atau mengajarkannya.
Padahal beliau adalah salah satu dari Imam Madzhab yang punya banyak
murid dan pengikut.
[media-dakwah] ASAL MUASAL TASAWUF
0 comments:
Post a Comment