Habbatussauda sudah disabdakan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam sebagai “Obat segala penyakit kecuali maut”, maka makna pesan tersebut selama tidak ada dalil yang membatasi pengertian, tidaklah boleh ditakwil.
Sebagian menafsirkan dengan membatasi bahwa Habbatussauda hanya untuk penyakit yang bersifat dingin saja. Padahal sifat penyakit panas, dingin, basah dan kering adalah hasil eksplorasi ilmu manusia yang teorinya bisa salah dan bisa juga benar. Maka tidak pada tempatnya jika buah pikiran hasil eksplorasi ilmu manusia digunakan untuk membatasi sabda Nabi yang bersifat wahyu ilahiah.
Maka pembahasan Habbatussauda disini, didasarkan kepada hasil riset baik uji in vitro, in vivo, pengujian pada hewan maupun hasil uji klinis pada manusia. Sehingga kesimpulan apakah Habbatussauda bisa digunakan untuk penyakit ini dan itu didasarkan kepada riset ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.
Dan definisi “mengobati penyakit” haruslah diperjelas. Bukan masalah penyakit dingin atau panas yang hendak didefinisikan, namun tidak semua kelainan bisa disebut penyakit. Bahkan ada kelainan yang merupakan konsekwensi wajar akibat kelakuan dan tindakan manusia yang melewati batas.
Ada disebut Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, bahwa ada penyakit yang tidak ada obatnya, yakni penyakit tua. Karena semua menua, tidak ada yang muda terus. Maka proses penuaan tidak bisa diobati dikarenakan bagian dari sunatullah bahwa semua orang pasti menua. Kulit menua dengan keriput, gigi menua dengan keropos dan tanggal, tulang menua dengan kelemahan, rambut menua dengan uban, mata menua dengan rabun, telinga menua dengan tuli dlsb.
Namun proses penuaan bisa dicegah. Mencegahnya saat muda, bukan saat datangnya gejala penuaan tersebut. Maka Habbatussauda tak bisa menolong orang tua yang matanya rabun, telinga yang sudah berkurang fungsinya, rambut yang banyak beruban karena tua dan lain sebagainya.
Selain itu ada juga kelainan yang bersifat anatomis. Anak yang lahir cacat dimana kakinya hanya satu, tidak bisa diminumi Habbatussauda agar kakinya tumbuh, karena ini bukan penyakit, namun kelainan cacat anatomis.
Ada pasien pernah bertanya: “Saya punya kutil, bisakah hilang dengan minum habbatussauda?”
Kami jawab: “Pernahkah anda minum habbatussauda dengan harapan kuku anda terpotong sendiri tanpa digunting? Atau anda minum habbatussauda dengan harapan rambut anda terpangkas tanpa gunting cukur?”
Sebagain kalangan pasien memaknai sabda Rasul bukan untuk diyakini tetapi digunakan untuk melarikan diri dari kata-kata “operasi”, bedah minor, bius, suntik dan lain sebagainya, lalu berharap hanya dengan minum habbatussauda, apa yang dideritanya menjadi sirna. Ini adalah pemahaman yang keliru.
Perlu dipahami, bahwa Nabi shallallaahu alaihi wa sallam pun pernah menjalani yang namanya bedah minor, saat pipinya tertembus potongan baju besi hingga gigi gerahamnya tanggal. Pelaku bedah minornya adalah Abu Ubaidah ibnul Jarrah r.a. Jadi sangat aneh jika penanganan penyakit hanya disandarkan pada satu tindakan yakni meminum sesuatu, dimana Habbatussauda menjadi obyeknya. Karena kesalahpahaman ini kemudian orang dengan entengnya meremehkan isi sabda Nabi hanya karena penyakitnya tak tertangani dengan Habbatussauda. Padahal bukannya tak tertangai, tapi pasiennya yang tak mau ditangani dengan lengkap.
Pemahaman yang benar adalah, Habbatussauda dapat berperan untuk membantu penyembuhan segala penyakit sesuai perannya. Jika anda patah tulang dimana tulangnya bengkok, maka terapinya adalah reposisi tulang dibantu minum habbatussauda untuk mempercepat penyambungan tulang, mengurangi nyeri dan membuat badan segar. Reposisi tulangnya wajib dijalankan, tidak hanya minum Habbatussaudanya saja.
Jika anda hernia/turun berok, maka beroknya harus dinaikkan lalu diambil tindakan reparasi untuk mencegah turunnya lagi. Lalu nyeri dan antiinfeksinya bisa mengambil peran Habbatussauda. Jadi sangat lucu jika Habbatussaudanya mau minum dan tidak mau direposisi hernianya ke tempat semula. Dan kelucuan ini biasanya muncul dari satu hal: TAKUT OPERASI. Bahkan kadang lebih remeh dari itu, yakni : TAKUT JARUM SUNTIK. Dan banyak kalangan yang lari ke pengobatan alternative karena dua hal tersebut.
-dr Insan N-
0 comments:
Post a Comment