Yogyakarta (voa-islam.com) Kematian Sersan Heru
Santoso, anggota Kopassus, Grup 2, Kandangmenjangan, Surakarta, yang
tewas dibunuh secara sadis para preman yang berasal dari Ambon dan NTT,
di Hugo's Cafe, berubah menjadi dukungan simpati terhadap kesatuan elite
itu.
Kalangan pemuda dan rakyat Yogyakarta, memberikan dukungan kepada
Kopassus, guna memberantas dan membersihkan para preman dari Yogyakarta.
Karena, selama ini ada pembiaran terhadap para preman, dan bahkan ada
oknum aparat yang memberikan dukungan kepada para preman.
TNI Angkatan Darat dan Kopassus, beberapa hari ini, terus diharu-biru
oleh media seperti Kompas, Tempo, dan lainnya, yang dituduh melakukan
hukum rimba, ketika mengeksekusi empat orang preman dan mantan anggota
polisi yang membunuh secara sadis Sersan Heru Santoso.
Kecemanan dan cercaaan itu, kemudian berbalik menjadi dukungan rakyat
dan elemen-elemen pemuda Yogyakarta, yang menginginkkan kota pelajar
dan budaya itu dibersihkan dari para preman. Rakyat dan para pemuda
Yogyakarta mendukung tindakan Kopassus yang mengeksekusi para preman.
Yogyakarta, kota pelajar dan budaya yang tenang, berubah penuh dengan
kekerasan sejak berdatangannya orang-orang dari Ambon dan NTT, bahkan
berkembangnya budaya kekerasan, narkoba, dan minum, alias premanisme.
Ketenangan menjadi porak-poranda. Kekerasan kerap terjadi dan
keributan menyeruak di seantero kota Yogyakarta. Semua ini berlangsung,
karena adanya dukungan dan main mata, antara para preman Ambon dan NTT
dengan oknum aparat kepolisian.
Hari Minggu, di kota Yogyakarta, di tengah guyuran hujan, berlangsung
aksi dukungan terhadap Kopassus. Ratusan pemuda dari berbagai elemen,
menggelar aksi dan melakukan orasi mendukung tindakan Kopassus yang
membersihkan para preman dari kota pelajar dan budaya itu.
Mereka menginginkan kota Yogyakarta bersih dari segala bentuk
premanisme, yang sekarang sudah menjadi ancaman nyata kehidupan mereka.
Mereka menginginkan Yogyakarta dibersihkan dari premanisme. Karena itu,
sekarang rakyat Yogyakarta terus melakukan sweeping dan pengawasan
terhadap orang-orang yang berprofesi preman.
Ratusan pemuda menggelar aksi dukungan atas kejujuran Kopassus,
Kandangmenjangan yang mengakui perbuatannya. Para anggota Kopassus itu
sudah mengakui sebagai pelaku penempbakan empat penghuni Lapas Cebongan,
yang berasal dari Ambon dan NTT.
Selama ini rakyat Yogyakarta sangat diresahkan orang-orang Ambon dan
NTT, yang selalu mengintimidasi mereka. Dengan berbagai bentuk kekerasan
yang mereka lakukan. Dengan tindakan yang dilakukan Kopassus itu,
rakyat Yogyakarta kembali memiliki spirit melawan para preman itu.
Ratusan elemen pemuda dan rakyat Yogyakarta itu, berasal dari FKPPI,
Paksitkaton, Jogya Otomotif, Rembug Jogya, Jogya Community, GP Ansor,
dan beberapa elemen lainnya dari rakyat Yogyakarta. Kelompok-kelompok
itu bergabung dalam : "Pemuda Anti Premanisme".
Di Tugu Perjuangan, para pemuda itu, salah satu diantara pemuda itu,
melakukan orasi tanpa henti, dan mengungkapkan dukungannya kepada
Kopassus. Orasi yang dilakukannya itu, sebagai bentuk dukungan dan
simpati terhadap anggota Kopassus,Sersan Heru Santoso. Kemudian, mereka
mengumpulkan dana : "Semiliar Koin untuk Serka Heru".
"Ini aksi dukungan kita kepada Kopassus yang dengan berani
memberantas preman Yogyakarta", kata Utomo, Koordinator aksi. Ratusan
pemuda menglilingi Tugu dengan benda Merah Putih sepanjang 60 meter.
Mereka juga menggelar tabur bunga dan do'a bersama untuk almarhum Serka
Heru Santoso.
Beberapa spanduk dikibarkan mengelilingi Tugu bertuliskan,
"Rakyat-TNI bersatu berantas premanisme, Terimakasih Kopassus, Yogya
Aman Preman Minggat, Kastria Kopasssu Berani Berubat Berani
Bertanggungjawab", dan "Preman itu Pengecut dan Tak Punya Perasaan".
Memang, sejak terjadi pembunuhan Serka Santoso, dan kemudian
terjadinya pembunuhan terhadap empat orang preman dari Ambon dan NTT,
banyak para pemuda yang berasal dari Ambon dan NTT itu, meninggalkan
Yogyakarta, dan sebagian diantara mereka meminta perlindungan gereja.
"Kita menolak tegas premanisme dan usir Yoyakarata", ujar Utomo.
Dengan aksi itu menunjukkan solidaritas pemuda Yogyakarta, yang
menginginkan kota Yogya menjadi aman dan bebas segagala bentuk
premanisme.
Dibangian lain, pengumpulan semilair koin untuk almarhum Serka Heru
Santosos dialkukan dengan mengedarkan kardus bertuliskan : "Semiliar
koin Serka Heru Santoso", kepada pengendara motor, mobil, dan pejalan
kaki yang melewati Tugu.
Selanjutnya, menurut Prasetyo, salah satu orator yang ikut dalam aksi
di Tugu itu, mengatakan pengumpulan "semiliar koin", merupakan bentuk
solidaritas bagi almarhum Serka Heru Santoso. Pengumpulan koin itu akan
dilakukan selama satu bulan. Memang, rakyat sudah sangat letih, melihat
berbagai kekerasan yang dilakukan para preman, sementara mereka ini,
mendapatkan dukungan dari oknum aparat.
Aksi para pemuda itu, kemudian diakhiri dengan melakukan konvoi yang
membawa foto Serka Heru Santoso diiringi bendera Merah Putih, sepanjang
60 meter, dan berbagai spanduk, serta foto Serka Heru Santoso diletakkan
dibawah patung Jenderal Sudirman di halaman Gedung DPRD DI Yogyakarta.
af/rplk.
0 comments:
Post a Comment