Dalam sepekan berapa kalikah Anda datang ke majelis-majelis ilmu
wahai saudariku? Sekali, dua kali, tiga kali atau mungkin hampir setiap
hari, atau bahkan tidak sama sekali?
Sungguh beruntung saudari-saudariku yang hampir setiap harinya diisi
dengan menimba ilmu di majelis-mejelis taklim. Namun, tentunya yang
tidak memiliki waktu untuk dapat menyempatkan datang ke majelis taklim
karena berbagai kesibukan, entah karena urusan rumah tangga dan
anak-anak, atau mungkin karena pekerjaan, janganlah sampai ketinggalan
untuk terus meng-upgrade ilmu Anda. Sejatinya tidak ada kata berhenti untuk terus belajar hingga akhir hayat.
Sekarang ini banyak sumber ilmu yang dapat kita peroleh selain dari
majelis taklim, bisa dari buku, internet atau mungkin juga dari sahabat,
saudara dan orang tua kita. Belajarlah berbagai ilmu dan keterampilan,
dan tentu yang paling utama adalah ilmu agama sebagai dasar dan landasan
kita dalam menjalani kehidupan ini. Mengapa belajar atau menuntut ilmu
itu sangat penting, karena ilmu dan pengetahuan kita dapat menyelamatkan
ummat dan menjadi pintu kita menuju surga.
Diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadist shahih; “man salaka thariiqan, yaltamisu fiihi ‘ilman, shhalallaahu lahuu bihi thariiqan ilal jannah.” Yang artinya, “Barang siapa menempuh jalan untuk menuntuk ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan ke surga.”
Kewajiban menuntut ilmu dalam Islam tidak hanya dibebankan kepada
kaum laki-laki, melainkan kepada setiap muslim secara umum, termasuk
juga muslimah. Muslimah yang cerdas dan memiliki pengetahuan yang luas
akan memiliki banyak keuntungan dan berpotensi untuk melahirkan
generasi-generasi cerdas dan berpengetahuan juga.
Muslimah yang cerdas
akan menjadi pendamping yang hebat bagi suami dan dapat mengantarkan
suaminya tuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan sebaik-baiknya.
Muslimah yang memiliki kedalaman ilmu akan dapat mendidik anak-anak
menjadi pribadi-pribadi baik dan berkualitas yang akan membela agama
Allah. InsyaAllah.
Namun, tentu muslimah juga dituntut untuk dapat kritis dalam belajar
dan menuntut ilmu. Di jaman arus informasi dan teknologi yang
berkembang pesat, tidak dapat dipungkiri banyak sumber-sumber
pengetahuan yang tidak baik dan bahkan dapat menjerumuskan pada
kesesatan. Untuk itu muslimah perlu untuk selalu melihat kebenaran dari
ilmu atau informasi yang diperoleh dengan merujuk pada siapakah yang
menyampaikan informasi tersebut, bagaimana latarbelakang keilmuan yang
dimilikinya, dan yang terpenting apakah informasi atau ilmu yang
disampaikannya sesuai dengan sumber ilmu utama kita yaitu Quran dan
hadits.
Quran dan hadist adalah sumber ilmu dan pengetahuan yang merupakan wasiat dari Rasulullah. Rasulullah bersabda;“Aku
tinggalkan ditengah-tengah kalian dua perkara. Selama kalian berpegang
teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu
Kitabullah (al-Qur’an) dan Sunnahku (hadits).”(HR. Malik; Al-Hakim & Baihaqi).
Selain Quran dan hadist kitapun dapat belajar dari sumber lain
seperti Sirah Rasulullah, Sirah Para Sahabat dan Sahabiyah, Sirah
Nabawiyah, dan Kitab-Kitab Ulama Klasik. Sumber-sumber ilmu tersebut
akan memperkaya pengetahuan agama kita, namun tentu akan berat bagi
sebagian orang untuk dapat mempelajarinya, terlebih bagi yang tidak atau
kurang suka membaca. Untuk itulah adanya majelis-majelis ilmu dengan
berbagai tema kajian baik tadabur Quran, sirah dan lainnya akan
memudahkan kita untuk mempelajarinya. Mendengar narasumber/penceramah
yang menyampaikan kajian mengenai tadabur Quran atau sirah nabawiyah,
kemudian meresapi dan mengamalkannya, insya Allah akan menjadi ilmu yang
bermanfaat bagi kita.
Dan bagi yang tidak dapat menghadiri majelis taklim karena
pekerjaan, karena kesibukan di rumah carilah sumber-sumber ilmu yang
terpercaya dari buku-buku, dari internet atau dari sahabat yang sering
menghadiri majelis-majelis ilmu. Namun, tentu alangkah baiknya jika
sesekali menyempatkan hadir pada majelis-majelis ilmu, entah sendiri
atau mungkin bersama keluarga. Jika kita masih sempat untuk pergi ke
pusat-pusat perbelanjaan sekedar berkumpul bersama sahabat atau
keluarga, cobalah sesekali berubah haluan untuk pergi menghadiri
pengajian yang diadakan di sekitar rumah Anda. InsyaAllah, ketika Anda
telah merasakan nikmatnya menuntut ilmu di majelis-majelis ilmu dan
bertemu sahabat-sahabat baru yang selalu mengajak Anda pada kebaikan dan
mempelajari hal-hal yang sebelumnya belum diketahui, Anda akan merasa
ketagihan. Perlahan mungkin menghadiri majelis-majelis ilmu akan menjadi
kebiasaan dan gaya hidup Anda.
Ilmu yang baik adalah ilmu yang bermanfaat. Untuk dapat memperoleh
ilmu yang bermanfaat, ada adab-adab dalam menuntut ilmu yang sebaiknya
kita lakukan, yaitu :
- 1.Mengikhlaskan niat menuntut ilmu karena Allah Ta’ala. Tidak boleh kita dalam menuntuk ilmu berniat untuk tujuan yang tidak baik seperti untuk berbantahan dengan ulama, untuk membantah orang-orang bodoh agar terlihat hebat atau perbuatan tidak baik lainnya. Menurut Imam Ibnu Jama’ah rahimahullah, “Niat yang baik dalam menuntut ilmu hendaklah ditujukan hanya untuk mengharap wajah Allah, beramal dengannya, menghidupkan syariat, menerangi hatinya, menghiasi batinnya, dan mengharap kedekatan dengan Allah pada hari kiamat, serta mencari segala apa yang Allah sediakan untuk ahlinya (ahli ilmu) berupa keridhaan dan karuniaNya yang besar.”
- 2.Memohon ilmu yang bermanfaat. Hendaknya setiap penuntuk ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah subhanahu wa Ta’ala dan memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu, serta selalu merasa butuh kepadaNya. Diantara doa yang Rasulullah ucapkan adalah: “Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima.” (HR. Ahmad)
- 3.Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Rasulullah bersabda; “Sesungguhnya ilmu yang diperoleh dengan (sungguh-sungguh) belajar, dan sikap sabar (penyantun) diperoleh dengan membiasakan diri untuk sabar. Barangsiapa yang berusaha (keras) mencari kebaikan maka ia akan memperoleh kebaikan dan barangsiapa yang menjaga dirinya dari kejelekan (kejahatan) maka ia akan dilindungi Allah dari kejelekan (kejahatan).” (Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam al’ilal mutanaahiyah dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu)
- 4.Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya ad-Daa’ wad Dawaa´ bahwa seseorang tidak mendapat ilmu disebabkan dosa dan maksiat yang dilakukannya. Dosa yang paling besar adalah syirik dan durhaka kepada orangtua. Serta dosa-dosa besar lainnya, seperti makan harta orang lain, utang tidak dibayar, muamalah riba, minum khamr, makan dan minum dari usaha yang haram, membuka aurat di depan yang bukan mahramnya, dusta, ghibah, dan memfitnah seorang muslim. Termasuk sulit untuk menahan gerak lisannya.
- 5.Tidak boleh sombong dan malu. Lihatlah bagaimana Nabi Musa meninggalkan dakwahnya untuk sementara waktu kemudian menuntut ilmu kepada Nabi Khidir.
- 6.Diam dan mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan. Allah berfirman: “(Yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az Zumar (39) ayat 18).
- 7.Berusaha memahami ilmu yang disampaikan. Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud pernah berdoa: “Ya Allah tambahkanlah kepada kami keimanan, keyakinan, dan pemahaman (yang benar).” (Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Imam Ahmad).
- 8.Mengikat ilmu dengan tulisan. Rasulullah bersabda; “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” (Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr dari Anas bin Malik)
- 9.Mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Rasulullah telah mengingatkan agar kita mengamalkan ilmu yang dipelajari, sebagaimana sabdanya; “Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hinggat ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan kemana ia habiskan, tentang tubuhnya –capek dan letihnya- untuk apa ia gunakan.” (HR. Ar Tirmidzi).
Dalam hal menuntut ilmu, suri tauladan bagi muslimah adalah Ummul
mukminin kita Ibunda Aisyah. Beliau terkenal sebagai wanita yang pakar
dalam bidang periwayatan hadist –sumber hukum dan ajaran Islam yang
kedua-, sejarah bangsa Arab, dan ilmu kedokteran di zamannya. Para
penuntut ilmu di zamannya berbondong-bondong menimba ilmu darinya.
0 comments:
Post a Comment