"Organisasi Kerjasama Islam (OKI) bermaksud untuk mengangkat isu ini di Dewan Keamanan dan Dewan Hak Asasi Manusia untuk menemukan solusi yang memberikan kontribusi mengakhiri penganiayaan agama terhadap Muslim di Myanmar," kata seorang pejabat OKI kepada Arab News pada hari Ahad, 31 Maret sebagaimana dilansir onislam.net.
"OKI sebelumnya telah mencoba untuk menghubungi pejabat pemerintah di Myanmar tapi sia-sia."
Organisasi yang berbasis di Jeddah tersebut berencana untuk mengadakan pertemuan di Arab Saudi pada tanggal 14 April untuk membahas serangan terhadap umat Islam di Myanmar.
Sekjen OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu, mengatakan bahwa OKI siap untuk mengambil semua langkah dan tindakan yang diperlukan dalam menghadapi krisis yang terjadi di Myanmar. Ihsanoglu juga mendesak pemerintah Myanmaruntuk mengakhiri ekstremisme Buddha dan kampanye kebencian, serta pembersihan etnis.
Langkah OKI menyusul serangan-serangan terhadap umat Muslim, yang menewaskan sedikitnya 43 orang dan beberapa masjid dibakar dalam seminggu kekerasan sektarian di pusat kota Meiktila. Kekerasan dimulai oleh argumen antara beberapa orang Buddha dan pemilik toko emas dan menyebar ke setidaknya 10 kota dan desa di wilayah Myanmar tengah.
"Kekerasan telah meluas untuk menargetkan semua Muslim di Myanmar," kata pejabat OKI tersebut.
Pada bulan Oktober, OKI mencoba untuk membuka kantor di Myanmar untuk membantu Muslim di sana, namun langkah itu ditentang oleh Presiden Thein Sein menyusul protes besar-besaran oleh para biksu Buddha.
"OKI berusaha untuk membuka kantor di Myanmar tahun lalu untuk memasok bantuan kepada umat Islam di Myanmar namun ekstremis Buddha berdemonstrasi menentang upaya ini," kata pejabat itu.
"Ada juga rencana dari Mesir untuk mengirim delegasi khusus yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu, dan termasuk sejumlah menteri luar negeri dari negara-negara anggota ke Myanmar, tapi kunjungan ini ditunda," kata seorang pejabat OKI.
Dengan massa Buddha mengejar Muslim dari satu desa ke desa lain, para ahli menyalahkan biksu radikal dalam gelombang baru kekerasan sektarian di Myanmar.
"Jelas bahwa ada beberapa agen-agen provokator yang radikal anti-Muslim pada agenda yang dijanlan di negara ini, termasuk para biksu Buddha berpengaruh yang memberitakan intoleransi dan kebencian kepada umat Islam," ujar Jim Della-Giacoma, seorang ahli mengenai Myanmar pada International Crisis Group kepada The Week. [har]
berita terkait:==
0 comments:
Post a Comment