Saksi
mata dari kota Meiktila di pusat Myanmar menyebutkan bahwa mereka
mengalami pemukulan dan penyiksaan oleh para biksu Buddha dalam tindak
kekerasan terhadap Muslim dan toko-toko mereka.
Seorang saksi mata, Nurba, ibu dari dua orang anak menggambarkan
penyiksaan yang dialami oleh keluarganya dan tindak pembunuhan terhadap
suaminya, dimana ia manangis sambil berkata,”Massa memukuli suami saya
dan saudaranya, lalu kemudian mereka dilemparkan kedalam api dan dibakar
hidup-hidup.”
Nurba menambahkan bahwa umat Buddha meminta kaum muslimin untuk
berlutut dihadapan para biksu, tetapi mereka menolak, bahkan polisi yang
datang pun ikut memaksa mereka untuk berlutut dihadapan biksu, dan ini
yang menjadi alasan mengapa mereka masih hidup sampai ini.”
Wanita Rohingya itu mengatakan,”kaum Muslimin tidak akan bersujud dan
tunduk kecuali dihadapan Allah SWT dalam sholat, tapi hal ini adalah
perkara hidup dan mati mereka.”
Seorang saksi mata yang lain bernama Muhammad mengatakan,”massa
menyerang kami, dan saya melihat teman saya dibunuh didepan mata saya
sendiri, salah satu teman saya yang bernama Abu Bakar diseret dan
dipukuli lalu dibakar dan perutnya ditusuk dengan pedang.”
Muhammad mengatakan,”Massa yang menyerang kami adalah orang asing
yang tidak pernah kami lihat sebelumnya, mereka berambut merah panjang.”
Muslim Rohingnya telah melarikan diri dari Genosida yang dilakukan
oleh umat Buddha di Burma, hampir lebih dari enam juta muslim di Burma
mengalami penganiyaan dan pengusiran, dimana pemerintah Burma mengatakan
bahwa Muslim Rohingya yang dibantai adalah bukan warga negara Burma.
Pernyataan itu telah menuai berbagai cercaan dan memperlihat kebohongan
yang sangat nyata, karena sejarah telah mencatat bahwa Muslim di wilayah
ini telah berada sejak lima abad yang lalu. Alasan dari kebohongan ini
tidak lain adalah menyingkirkan kaum Muslimin dan mengurangi populasinya
di Myanmar. (hr/IS)
0 comments:
Post a Comment