Perlombaan
pembuatan senjata diam-diam berlangsung di seluruh dunia dengan
pengembangan robot yang memiliki otonomi untuk memutuskan siapa yang
akan hidup dan mati dalam perang masa depan.
Sepenuhnya robot senjata mesin bisa dikerahkan ke medan perang dalam beberapa decade kedepan, ditengah perdebatan moral, konsekuensi etika dan hukum , toh pembuatan “robot pembunuh” akan memanas di seluruh dunia dalam waktu dekat.
Perencana militer membayangkan sebuah mesin artifisial yang cerdas yang bisa memenangkan perang di masa depan dengan memutuskan siapa musuh yang harus dihentikan, sambil mengurangi nyawa tentara manusia dari pertempuran dengan biaya yang jauh lebih murah.
Robot tidak pernah merasa takut mati, dan manusia hanya dituntut untuk bisa berpikir bagaimana memenangkan perjuangan, bahkan jika musuh menyerang, manusia hanya memberi perintah untuk melumatkan musuh.
“Pengembangan dan penyebaran sistem senjata otomatis dan otonom semakin tidak bisa dihindari, dan setiap upaya pelarangan secara global kemungkinan tidak akan efektif.”
“Kemajuan dalam AI [kecerdasan buatan] akan memungkinkan sistem untuk membuat keputusan tempur dan bertindak dalam batasan hukum dan kebijakan tanpa harus memerlukan tenaga manusia,” Angkatan Udara USA memperkirakan pada tahun 2009 yang lalu.
Debat publik telah terjadi tentang konsekuensi dari robot teknologi perang dengan kemampuan membuat “keputusan membunuh”. Mereka menentang gagasan penggelaran mesin tersebut pada bulan ini di Inggris di House of Commons, mereka menuntut perjanjian internasional yang melarang senjata tersebut.
Namun, beberapa perencana militer dan ilmuwan mengatakan perkembangan teknologi senjata tidak bisa dihindari.
Jadi yang disebut robot pembunuh, seperti pesawat drone dan sistem robot penjaga, sudah banyak digunakan. Senjata-senjata ini masih mengandalkan fikiran manusia untuk memutuskan apakah atau tidak untuk menembak target.
Sedangkan robot senjata nantinya akan dibuat sepenuhnya otonom di masa depan, bagaimanapun, bisa berfungsi tanpa campur tangan manusia.
Israel telah kerahkan senjata otonom pertama , tanpa perintah manusia. Robot itu disebut Harpy, diprogram untuk mengenali dan secara otomatis mendeteksi radar sinyal bom, laporan kolumnis New York Times Bill Keller.
Israel juga menawarkan “Iron Dome” sistem anti-rudal yang secara otomatis menjatuhkan ratusan rudal yang ditembakkan dari Gaza selama 2012 pada saat konflik Israel-Palestina November.
Mobil robot otonom telah berpatroli di perbatasan Israel selama bertahun-tahun, kata Hugo Guterman dari Ben-Gurion University of the Negev, yang membantu desain “Tomcar”. Menggunakan kamera, laser dan radar dan “memutuskan” apa yang harus dilakukan ketika kejutan serangan muncul, katanya.
Ditanya apakah kendaraan tersebut dilengkapi dengan senjata, “no comment” jawab Guterman .
Amerika Serikat, Inggris, Cina, Rusia, Jerman, dan Korea Selatan juga sibuk mengembangkan senjata robot otonom.
Aktivis senjata Anti- Robot otonom baru baru ini melakukan protes dengan tema “Hentikan Robot Pembunuh” , kampanye ini akan bertemu di London pada tanggal 23 April untuk menyerukan larangan internasional terhadap bentuk senjata tersebut.
“Robot pembunuh” tidak akan memiliki moral manusia yang bisa membatasi korban sipil selama perang, kata mereka, dan mesin tersebut tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan perang.
Dan bisa jadi bila robot tersebut dibiarkan otonom di masa depan, suatu saat para robot pun tersebut berbalik dapat melawan tuannya sendiri… (Dz/Alj)
Sepenuhnya robot senjata mesin bisa dikerahkan ke medan perang dalam beberapa decade kedepan, ditengah perdebatan moral, konsekuensi etika dan hukum , toh pembuatan “robot pembunuh” akan memanas di seluruh dunia dalam waktu dekat.
Perencana militer membayangkan sebuah mesin artifisial yang cerdas yang bisa memenangkan perang di masa depan dengan memutuskan siapa musuh yang harus dihentikan, sambil mengurangi nyawa tentara manusia dari pertempuran dengan biaya yang jauh lebih murah.
Robot tidak pernah merasa takut mati, dan manusia hanya dituntut untuk bisa berpikir bagaimana memenangkan perjuangan, bahkan jika musuh menyerang, manusia hanya memberi perintah untuk melumatkan musuh.
“Pengembangan dan penyebaran sistem senjata otomatis dan otonom semakin tidak bisa dihindari, dan setiap upaya pelarangan secara global kemungkinan tidak akan efektif.”
“Kemajuan dalam AI [kecerdasan buatan] akan memungkinkan sistem untuk membuat keputusan tempur dan bertindak dalam batasan hukum dan kebijakan tanpa harus memerlukan tenaga manusia,” Angkatan Udara USA memperkirakan pada tahun 2009 yang lalu.
Debat publik telah terjadi tentang konsekuensi dari robot teknologi perang dengan kemampuan membuat “keputusan membunuh”. Mereka menentang gagasan penggelaran mesin tersebut pada bulan ini di Inggris di House of Commons, mereka menuntut perjanjian internasional yang melarang senjata tersebut.
Namun, beberapa perencana militer dan ilmuwan mengatakan perkembangan teknologi senjata tidak bisa dihindari.
Jadi yang disebut robot pembunuh, seperti pesawat drone dan sistem robot penjaga, sudah banyak digunakan. Senjata-senjata ini masih mengandalkan fikiran manusia untuk memutuskan apakah atau tidak untuk menembak target.
Sedangkan robot senjata nantinya akan dibuat sepenuhnya otonom di masa depan, bagaimanapun, bisa berfungsi tanpa campur tangan manusia.
Israel telah kerahkan senjata otonom pertama , tanpa perintah manusia. Robot itu disebut Harpy, diprogram untuk mengenali dan secara otomatis mendeteksi radar sinyal bom, laporan kolumnis New York Times Bill Keller.
Israel juga menawarkan “Iron Dome” sistem anti-rudal yang secara otomatis menjatuhkan ratusan rudal yang ditembakkan dari Gaza selama 2012 pada saat konflik Israel-Palestina November.
Mobil robot otonom telah berpatroli di perbatasan Israel selama bertahun-tahun, kata Hugo Guterman dari Ben-Gurion University of the Negev, yang membantu desain “Tomcar”. Menggunakan kamera, laser dan radar dan “memutuskan” apa yang harus dilakukan ketika kejutan serangan muncul, katanya.
Ditanya apakah kendaraan tersebut dilengkapi dengan senjata, “no comment” jawab Guterman .
Amerika Serikat, Inggris, Cina, Rusia, Jerman, dan Korea Selatan juga sibuk mengembangkan senjata robot otonom.
Aktivis senjata Anti- Robot otonom baru baru ini melakukan protes dengan tema “Hentikan Robot Pembunuh” , kampanye ini akan bertemu di London pada tanggal 23 April untuk menyerukan larangan internasional terhadap bentuk senjata tersebut.
“Robot pembunuh” tidak akan memiliki moral manusia yang bisa membatasi korban sipil selama perang, kata mereka, dan mesin tersebut tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan perang.
Dan bisa jadi bila robot tersebut dibiarkan otonom di masa depan, suatu saat para robot pun tersebut berbalik dapat melawan tuannya sendiri… (Dz/Alj)
0 comments:
Post a Comment